Kamis, 18 April 2013

Upacara Pedang Pora

Kali ini Sandra’s Project dipercayakan untuk mendesain dan mendampingi dalam pernikahan yang digelar oleh kedua keluarga besar Thya dan Sandhy. Upacara pedang pora menjadi acara utama yang mengisi rangkaian resepsi pernikahan Thya dan Sandhy Upacara Pedang Pora merupakan tradisi di lingkungan Perwira yang telah lulus dari akademi militer, akademi angkatan laut, akademi angkatan udara dan akademi kepolisian. Meski hampir sama, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Makna dari upacara ini yaitu memberikan penghormatan kepada seorang perwira yang sedang melangsungkan pernikahan. Upacara pedang Pora menggambarkan secara simbolis saat seorang Perwira memasuki gerbang atau gapura kehidupan rumah tangga dan melepas masa lajangn ya untuk mengarungi mahligai rumah tangga. Kelengkapan yang dibutuhkan diantaranya kalungan bunga (melati/anggrek), hand bouquet, kaos tangan, lilin bor putih/ merah jambu beserta tempat lilinnya, baki berlapis taplak, kadga (pedang pendek), pedang, seperangkat pakaian bayangkari/ persit, teks mc dan puisi. Perlengkapan ini harus disesuaikan dengan tradisi masing-masing kesatuan/ angkatan. Untuk prosesi ini diperlukan pula beberapa orang yang nantinya akan berpartisipasi dalam upacara. Beberapa petugas itu, antara lain satu pasukan pedang, inspektur upacara, komandan upacara, perwira upacara, pembawa puisi, pembawa acara, pembawa baki, pembawa lilin serta operator musik. Personal ini pun disesuaikan dengan prosesi yang menjadi tradisi setiap keturunan. Pemilihan upacara tergantung pada situasi dan keinginan mempelai yang merupakan alumni akademi dari masing-masing akademi dan masing-masing angkatan. Begitu juga musik yang digunakan dalam prosesi. ini Namun prinsip dan aturan dasar pelaksanaan upacara ini tetaplah sama. Pelaksanaan Upacara Pedang Pora Pada pernikahan Thya dan Sandhy, upacara pedang pora dilaksanakan pada pukul 11.00 setelah mereka melangsungkan akad nikah di gedung yang sama yaitu gedung Puri Ardhya Garini, Halim, Jakarta Timur. Keluarga, sanak saudara serta para tamu undangan turut hikmat dalam upacara tersebut. Di awali dengan masuknya pasukan pedang pora beserta mempelai menempati posisi persiapan yang telah ditentukan, selanjutnya setelah laporan dari komandan upacara kepada mempelai pria dilakukannya prosesi gerbang pora. Pedang pasukan pora mulai terhunus. Sementara kedua pengantin berjalan tegap dan hikmat. Sandhy nampak gagah dengan baju kebesaran seorang perwira, sementara Thya terlihat anggun dengan kebaya warna merah marron gold. Pedang terhunus melambangkan bahwa dengan bersikap dan berjiwa ksatria kedua mempelai akan selalu siap untuk mengatasi segala rintangan dan menerobos semua hambatan yang akan menghalangi kehidupan mereka. Adapun formasi dua syaf berhadapan melambangkan pintu gerbang yang akan mereka lalui merupakan awal suka dan duka dalam menempuh kehidupan yang baru.Dilanjutkan dengan payung pora, terlihat pedang membentuk payung kedua mempelai berada di tengah-tengah pasukan pedang pora. Formasi ini mengandung makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup akan selalu ingat dan memohon petunjuk serta perlindungannya. Setelah Gerbang Pora serta Payung Pora, upacara dilanjutkan dengan bunga oleh Inspektur Upacara kepada mempelai pria, penyerahan buket bunga oleh Ibu kepada mempelai wanita, penyerahan baju Bhayangkari oleh ibu kepada mempelai wanita, serta penyerahan Pedang perwira oleh Inspektur Upacara kepada mempelai pria. Acara berlanjut dengan pembacaan ikrar wira satya, saat tersebut kedua mempelai pun berdiri berhadapan saling berpegang tangan, mendengar dengan hikmat ikrar yang dibacakan oleh mc. Setelah ikrar selesai mempelai pun berjalan menuju pelaminan, dilanjutkan dengan acara foto bersama pasukan pedang pora, inspektur upacara serta orang tua. Foto bersama selesai, orang tua, inspektur upacara serta pasukan pedang pora kembali pada posisi semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar