Kamis, 18 April 2013

Sejarah TNI-AL

Sejarah TNI-AL dimulai tanggal 10 September 1945, setelah masa awal diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia, administrasi pemerintah awal Indonesia mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut). BKR Laut dipelopori oleh pelaut-pelaut veteran Indonesia yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) di masa penjajahan Belanda dan Kaigun di masa pendudukan Jepang. Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya. Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Kekuatan yang sederhana tidak menyurutkan ALRI untuk menggelar Operasi Lintas Laut dalam rangka menyebarluaskan berita proklamasi dan menyusun kekuatan bersenjata di berbagai tempat di Indonesia. Disamping itu mereka juga melakukan pelayaran penerobosan blokade laut Belanda dalam rangka mendapatkan bantuan dari luar negeri. Selama 1949-1959 ALRI berhasil menyempurnakan kekuatan dan meningkatkan kemampuannya. Di bidang Organisasi ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang saat itu disebut sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut dan sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai komando pertahanan kewilayahan aspek laut. Pada 1990-an TNI AL mendapatkan tambahan kekuatan berupa kapal-kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas 'Frosch', dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Penambahan kekuatan ini dinilai masih jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas, lebih-lebih pada masa krisis multidimensional ini yang menuntut peningkatan operasi namun perolehan dukungannya sangat terbatas. Reformasi internal di tubuh TNI membawa pengaruh besar pada tuntutan penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan di laut seperti reorganisasi dan validasi Armada yang tersusun dalam flotila-flotila kapal perang sesuai dengan kesamaan fungsinya dan pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta. Tugas TNI Angkatan Laut Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 9, Angkatan Laut bertugas: melaksanakan tugas TNI matra laut di bidang pertahanan; menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; melaksanakan tugas diplomasi Angkatan Laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah; melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut; melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut. Organisasi TNI-AL berada di bawah Markas Besar TNI. Perwira tersenior Angkatan Laut, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, adalah perwira tinggi berbintang empat dengan pangkat Laksamana mengepalai Angkatan Laut di bawah Panglima TNI. Kepala staf !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepala Staf TNI Angkatan Laut Jabatan tertinggi di TNI Angkatan Laut adalah Kepala Staf TNI Angkatan Laut, yang biasanya dijabat oleh Laksamana berbintang empat. Saat ini TNI Angkatan Laut dipimpin oleh Laksamana TNI Marsetio Pangkat !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tanda Kepangkatan TNI Angkatan Laut Di TNI Angkatan Laut, sebagaimana di kecabangan lainnya, kepangkatan terdiri dari Perwira, Bintara dan Tamtama. Adapun pangkat tertinggi di Angkatan Laut adalah Laksamana Besar dengan bintang lima. Sampai saat ini belum ada seorangpun perwira TNI Angkatan Laut yang dianugerahi pangkat tersebut. Komando Utama Patung Jalesveva Jayamahe yang berarti "Di laut kita jaya" yang berada di Markas Armatim, Surabaya Komando Armada Barat !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komando Armada RI Kawasan Barat Komando Armada RI Kawasan Barat atau disingkat Koarmabar adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut. Komando ini bermarkas besar di Jl Gunung Sahari Jakarta Pusat, sedangkan Pangkalannya berada di Tanjung Priok, Jakarta. Panglima Koarmabar yang sekarang menjabat adalah Laksamana Muda TNI Arief Rudianto menggantikan Laksamana Muda TNI Sadiman ,S.E.[3] Laksamana Muda TNI Laksamana Muda TNI Arief Rudianto secara resmi menjabat Panglima Komado Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) setelah dikukuhkan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio, M.M. dalam suatu upacara serah terima jabatan di di Auditorium O.B. Syaaf, Koarmabar Jl. Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat, Kamis 24 Januari 2013. Laksamana Muda TNI Laksda TNI Sadiman, S.E., yang akan menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli (Koorsahli Kasal).[4] Komando Armada Timur !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komando Armada RI Kawasan Timur Komando Armada RI Kawasan Timur atau disingkat Koarmatim adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut. Komando ini bermarkas besar di Surabaya, Jawa Timur. Panglima Koarmatim yang sekarang menjabat adalah Laksamana Muda TNI Drs. Agung Pramono,S.H. M.Hum. Ia menggantikan Laksamana Muda TNI Ade Supandi,S.E. Komando Lintas Laut Militer !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komando Lintas Laut Militer Komando Lintas Laut Militer atau disingkat Kolinlamil adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut. Komando ini bermarkas besar di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kolinlamil dibentuk sejak tanggal 1 Juli 1961 dengan nama Djawatan Angkutan Laut Militer (DALMIL). Panglima Kolinlamil yang sekarang menjabat adalah Laksda TNI S.M. Darojatim Kolinlamil adalah Komando Utama (Kotama) Pembinaan dan Operasional. Dalam bidang pembinaan Kolinlamil berkedudukan langsung di bawah KASAL, sedangkan dalam bidang operasional berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI. Korps Marinir !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Korps Marinir Lihat pula: Batalyon Intai Amfibi Korps Marinir Republik Indonesia merupakan kekuatan pemukul dan pendarat TNI-AL. Secara garis besar Korps Marinir bertugas merebut kedudukan pantai musuh, mengamankan obyek fital TNI-AL dan melaksanakan tugas-tugas pertahanan negara lainnya. Berdasarkan rencana pengembangan kekuatan TNI-AL yang baru saja disusun untuk jangka waktu 2005-2024, kekuatan Korps Marinir (Kormar) akan ditingkatkan baik dari segi struktur maupun kekuatan fisik. Saat ini jumlah personel marinir sekitar 17.000 orang, sehingga menimbulkan gurauan di kalangan militer sendiri bahwa dengan jumlah pulau di Indonesia yang juga lebih kurang 17.000 buah, maka tiap personel marinir bertugas mengamankan satu pulau. Jumlah ini pada masa depan akan ditingkatkan hingga 60.000 personel. Dalam rencana pengembangan, akan ada tiga pasukan marinir (Pasmar), yaitu kesatuan induk yang melekat di tiap komando wilayah laut (Kowilla), 2 brigade marinir berdiri sendiri, 1 komando latihan marinir dan 5 pangkalan marinir ditambah 11 batalyon marinir pertahanan pangkalan. Dankormar saat ini dijabat oleh Mayjen TNI Mar A. Faridz Washington. Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut Kobangdikal merupakan salah satu komando utama di jajaran TNI Angkatan Laut. Sejak 12 Mei 2007, berubah namanya dari Komando Pendidikan Angkatan Laut (Kodikal) menjadi Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal). Saat ini Dankobangdikal dijabat oleh Laksda TNI Djoko Teguh Wahojo. Akademi Angkatan Laut !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Akademi Angkatan Laut Akademi Angkatan Laut (disingkat AAL) adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Laut di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Akademi Angkatan Laut mencetak perwira TNI Angkatan Laut. Secara organisasi, Akademi Angkatan Laut berada di dalam struktur organisasi TNI Angkatan Laut, yang dipimpin oleh seorang Gubernur Akademi Angkatan Laut. Gubernur AAL saat ini dijabat oleh Laksda TNI Herry Setianegara, S.sos, S.H, M.M lulusan AAL angkatan 29 tahun 1983 dan Wakil Gubernur AAL Laksma TNI Achmad Taufiqoerohman, M,S.E lulusan AAL 31 tahun 1985. Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Seskoal Seskoal adalah lembaga pendidikan pengembangan umum tertinggi di lingkungan TNI Angkatan Laut. Saat ini Komandan Seskoal adalah Laksda TNI Arief Rudianto, SE dan Wakil Komandan Seskoal adalah Laksma TNI Kekuatan Bendera kapal perang Indonesia. Lihat pula: Korvet nasional Nama kapal yang dimiliki TNI-AL selalu dimulai dengan KRI, singkatan dari Kapal Perang Republik Indonesia. Selain itu juga ada kapal yang diawali dengan KAL, singkatan dari Kapal Angkatan Laut. Suatu sistem penomoran diadopsi guna membedakan tiap Kapal. Nama kapal bervariasi, mulai dari nama Pahlawan, Teluk, hingga binatang. Setiap kapal dipersenjatai dengan salah satu atau lebih dari berbagai macam persenjataan yang tersedia menurut kelasnya, mulai dari senapan mesin 12,7mm, kanon, meriam hingga peluru kendali. Saat ini TNI AL memiliki sekitar 68.800 prajurit, termasuk di dalamnya 18.500 personel marinir dan 1.090 penerbangan/personel udara AL. Kekuatan TNI AL secara garis besar sebagai berikut: Kapal perang !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kapal perang TNI-AL Lihat pula: Daftar kapal perang TNI-AL non-aktif KRI Oswald Siahaan, menembakkan rudal yakhont dalam sebuah latihan di Selat Sunda. KRI Oswald Siahaan, menembakkan rudal yakhont dalam sebuah latihan di Selat Sunda. KRI Diponegoro, korvet terbaru TNI AL jenis Sigma. KRI Diponegoro, korvet terbaru TNI AL jenis Sigma. KRI Cut Nyak Dien, Parchim Class merupakan kapal pemukul dengan armada terbesar di TNI AL. KRI Cut Nyak Dien, Parchim Class merupakan kapal pemukul dengan armada terbesar di TNI AL. KRI Clurit, merupakan Kapal Cepat Rudal 40 meter buatan dalam negeri. KRI Clurit, merupakan Kapal Cepat Rudal 40 meter buatan dalam negeri. KRI Makassar, Landing Platform Deck TNI AL KRI Makassar, Landing Platform Deck TNI AL Kapal Republik Indonesia (KRI) berjumlah 132 kapal, KRI, dibagi menjadi tiga kelompok kekuatan: Kekuatan Pemukul (Striking Force) terdiri dari 40 KRI yang memiliki persenjataan strategis: 2 kapal selam kelas Cakra. 6 Fregat kelas Ahmad Yani 3 Fregat kelas Fatahillah 1 Fregat kelas Ki Hajar Dewantara 4 Korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) 15 Korvet anti kapal selam kelas Parchim 2 Kapal cepat rudal (KCR) kelas Clurit 4 kapal cepat rudal (KCR) kelas Mandau. 2 kapal cepat torpedo (KCT) kelas Ajak. 2 kapal (hibah dari Brunei) kelas Salawaku 2 buru ranjau (BR) kelas Pulau Rengat. Kekuatan Patroli (Patrolling Force) berjumlah 50 KRI. 10 kapal FPB buatan PT. PAL kelas Pandrong, 5 diantaranya yang bertipe Nav-5 sudah dipersenjatai dengan rudal 1 Kapal cepat buatan Fasharkan TNI AL 40 meter kelas Krait 2 Kapal cepat buatan Fasharkan 40 meter kelas Tarihu 25 kapal Fiber buatan Fasharkan TNI AL kelas Boa 15 kapal PC kelas Sibarau Kekuatan Pendukung (Supporting Force) berjumlah 48 KRI, terdiri dari: 7 angkut tank (AT) kelas Teluk Langsa 4 angkut tank (LST) kelas Teluk Semangka 2 angkut tank (LSTM) kelas Teluk Banten 14 angkut tank (AT) Kelas Frosch 2 angkut tank kelas NSU dan KPG 4 Landing Platform Dock (LPD) Kelas Makassar 1 markas (MA) kelas Multatuli 6 penyapu ranjau (PR) kelas kondor 5 bantuan cair minyak (BCM): ARN, SRG, SGG, SMB,BPP 1 Bantuan Rumah Sakit (BRS) Kelas dr. Suharso 2 bantu tunda (BTD)Kelas Soputan 4 bantu umum (BU): KMT, MTW, NTU, WGO 1 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Kambani 2 bantu angkut personel (BAP) kelas Tanjung Nusanive 3 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Pulau Rondo 1 bantu hidrooseanografi (BHO) kelas Dewa Kembar 2 kapal latih. TNI AL sudah mempunyai 4 kapal LPD. Kapal multipurpose ini 2 unit dibuat di Korea Selatan (KRI MKS dan KRI SBY) dan 2 unit dikerjakan oleh PT. PAL (KRI BAC DAN KRI BJN) Kapal patroli pendukung Kapal Angkatan Laut (KAL) adalah kapal patroli yang berfungsi untuk mendukung Pangkalan TNI AL (Lanal) dalam melaksanakan tugas-tugas patroli keamanan laut dan tugas-tugas dukungan lainnya. Pesawat udara Pesawat udara berjumlah 82 unit, terdiri dari 52 sayap tetap dan 30 sayap putar. Pasukan pendarat Peralatan tempur Korps Marinir sejumlah 437 kendaraan tempur (ranpur), tetapi 307 ranpur berusia di atas 30 tahun, 37 ranpur berusia 21-30 tahun, sisanya 103 ranpur berusia 1-10 tahun. Kekuatan marinir indonesia saat dibagi dalam 2 Pasmar (Surabaya dan Jakarta) membawahi Brigif, Menbanpur, Menart, Menkav, Lanmar dsb. Pangkalan !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pangkalan Angkatan Laut Indonesia Pangkalan Utama Angkatan Laut Penomoran lantamal diubah menjadi berurutan dari Lantamal I sampai XI sesuai lokasi dari barat ke timur pada 1 Agustus 2006 seiring dengan peresmian Pangkalan Angkatan laut (Lanal) Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat menjadi Pangkalan Utama Angkalan Laut (Lantamal) II. Kekuatan TNI Angkatan Laut tersebar di beberapa Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) yang berada di bawah dua komando utama armada yaitu: Komando Armada RI Kawasan Barat Pangkalan Utama I (Lantamal I) di Belawan, membawahi Pangkalan Angkatan Laut, meliputi Sabang, dan Dumai, Lhokseumawe, Tanjung Balai Asahan dan Simeulue. Satu Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Sabang, dan dua fasilitas pemeliharaan dan perbaikan (Fasharkan) di Sabang, Belawan. Lantamal ini rencananya akan dipindahkan ke Lhokseumawe, Aceh. Saat ini Danlantamal I dijabat oleh Laksma TNI Didik Wahyudi, S.E Pangkalan Utama II (Lantamal II) di Padang membawahi Lanal Sibolga, Gunungsitoli (rencana), Mentawai (rencana), dan Bengkulu. Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal II merupakan sebutan untuk Lantamal III Jakarta. Saat ini Danlantamal II dijabat oleh Brigjen TNI Mar Gatot Subroto Pangkalan Utama III (Lantamal III) di Jakarta, membawahi 6 Pangkalan Angkatan Laut, meliputi Palembang, Cirebon, Panjang, Banten, Bandung, dan Bangka Belitung. Selain itu, memiliki satu fasilitas pemeliharaan dan perbaikan di Pondok Dayung, Jakarta. Fasharkan Pondok Dayung ini sekarang memiliki kemampuan membuat kapal patroli jenis KAL ukuran 28-35 meter. Satu Lanudal di Pondok Cabe jakarta Selatan. Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal III merupakan sebutan untuk Lantamal V Surabaya. Saat ini Danlantamal III dijabat oleh Brigjen TNI Mar Ikin Sodikin Pangkalan Utama IV (Lantamal IV) di Tanjungpinang membawahi 6 Pangkalan Angkatan Laut, yaitu Batam, Pontianak, Tarempa, Ranai, Tanjung Balai Karimun, dan Dabo Singkep. Lantamal Tanjung Pinang memiliki satu fasilitas pemeliharaan dan perbaikan (Fasharkan) di Mentigi yang punya kemampuan membuat kapal patroli (KAL) 12, 28, dan 35 meter. Di samping itu, memiliki 2 Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) berada di Matak, Kepulauan Natuna, dan di Tanjungpinang/Kijang. Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal IV merupakan sebutan untuk Lantamal VI Makassar. Saat ini Danlantamal IV dijabat oleh Laksma TNI Agus Heryana Komando Armada RI Kawasan Timur Pangkalan Utama V (Lantamal V) di Surabaya membawahi tujuh Pangkalan Angkatan Laut satu Denal, meliputi Tegal, Cilacap, Semarang, Denal Yogyakarta, Malang, Banyuwangi, Denpasar dan Batuporon . Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal V merupakan sebutan untuk Lantamal X Jayapura.Membawahi Lanudal Juanda dan Fasharkan Surabaya. Saat ini Danlantamal V dijabat oleh Laksma TNI Sumadi Pangkalan Utama VI (Lantamal VI) di Makassar, membawahi Pangkalan Angkatan Laut Kendari, Palu, Balikpapan, Kotabaru, dan Banjarmasin. Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal VI merupakan sebutan untuk Lantamal VIII Bitung.Membawahi Fasharkan Makasssar. Saat ini Danlantamal VI dijabat oleh Brigjen TNI Mar M. Suwandi Tahir Pangkalan Utama VII (Lantamal VII) di Kupang, Nusa Tenggara Timur, membawahi Pangkalan Angkatan Laut Mataram, Maumere, Kupang, Tual, dan Aru. Memiliki 1 Pangkalan Udara, di Kupang. Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal VII merupakan sebutan untuk Lantamal IV Tanjungpinang. Saat ini Danlantamal VII dijabat oleh Laksma TNI Karma Suta Pangkalan Utama VIII (Mako Lantamal VIII) di Manado, Sulawesi Utara, membawahi Pangkalan Angkatan Laut Tarakan, Nunukan, Tahuna, Toli-Toli dan Gorontalo serta satu Pangkalan Udara Angkatan Laut di Manado. Lantamal VIII sebelum 1 Agustus 2006, merupakan sebutan untuk Lantamal IX Ambon.Saat ini Danlantamal VIII dijabat oleh Laksma TNI Guguk Handayani Pangkalan Utama IX (Lantamal IX) di Ambon membawahi Pangkalan Angkatan Laut Ternate, Saumlaki , Morotai dan Fasharkan Ambon. Sebelum 1 Agustus 2006, Lantamal IX merupakan sebutan untuk Lantamal VII Kupang.Saat ini Danlantamal IX dijabat oleh Laksma TNI Aan Kurnia Pangkalan Utama X (Mako Lantamal X) di Jayapura, membawahi Pangkalan Angkatan Laut Sorong, Biak,Lanudal Biak serta satu Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan di Manokwari yang mampu memproduksi KAL 12 dan 28 meter.Saat ini Danlantamal X dijabat oleh Laksma TNI FX. Agus Susilo Pangkalan Utama XI (Lantamal XI) di Merauke, Papua membawahi Pangkalan Angkatan Laut Timika dan Aru serta Lanudal Aru.Saat ini Danlantamal XI dijabat oleh Brigjen TNI Mar Heri Setiadi Rencana ke depan Berdasarkan rencana pengembangan kekuatan periode 2005-2024, struktur operasional TNI-AL akan diubah di mana dua komando armada yang ada sekarang (Komando Armada Kawasan Barat dan Komando Armada Kawasan Timur) akan dilebur menjadi satu armada yang dipimpin laksamana berbintang tiga yang bermarkas di Surabaya . Armada ini akan membawahi tiga komando wilayah laut (Kowilla) yaitu Kowilla Barat dengan markas direncanakan di Tanjungpinang, Riau, Kowilla Tengah dengan markas di Makassar dan Kowilla Timur dengan markas di Sorong. Pembagian komando operasional ini didasarkan pada karakteristik perairan yang membutuhkan pola operasi dan perangkat yang berbeda serta untuk memudahkan pergeseran pasukan atau logistik. Marinir juga akan dimekarkan dengan Dankormar yang dipimpin Pati berbintang tiga dengan penambahan satu Pasmar yaitu Pasmar III yang akan bermarkas di Sorong Proyek-proyek ke depan antara lain pembangunan 3 kapal selam jenis Changbogo Class (Lisensi Tipe 209 Jerman) yang akan selesai pada 2015, pembangunan 1 Fregat Sigma 10514 yang dijadwalkan akan selesai pada 2017, pembelian 3 MRLF (Multi Role Light Frigate) Nakhoda Ragam Class buatan BAE Inggris yang akan diterima tahun 2013 (tahap I), pengembangan armada KCR-40 kelas Clurit hingga 2014 sebanyak 8 buah, pembelian 3 KCR Stealth kelas klewang, pembelian 3 FPB-60 dari PT PAL (kontrak sudah ditandatangani), pembelian 11 helikopter anti permukaan dan anti kapal selam (AKS) dan pembelian 5 CN-235 MPA (sedang tahap pembangunan di PT DI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar