Senin, 14 Januari 2013

K3

Kerusakan Ketiga: Merekayasa Amalan
yang Tanpa Tuntunan di Malam Tahun Baru
Kita sudah ketahui bahwa perayaan tahun baru
ini berasal dari orang kafir dan merupakan
tradisi mereka. Namun sayangnya di antara
orang-orang jahil ada yang mensyari’atkan
amalan-amalan tertentu pada malam
pergantian tahun. “Daripada waktu kaum
muslimin sia-sia, mending malam tahun baru
kita isi dengan dzikir berjama’ah di masjid. Itu
tentu lebih manfaat daripada menunggu
pergantian tahun tanpa ada manfaatnya”,
demikian ungkapan sebagian orang. Ini
sungguh aneh. Pensyariatan semacam ini
berarti melakukan suatu amalan yang tanpa
tuntunan. Perayaan tahun baru sendiri adalah
bukan perayaan atau ritual kaum muslimin,
lantas kenapa harus disyari’atkan amalan
tertentu ketika itu? Apalagi menunggu
pergantian tahun pun akan mengakibatkan
meninggalkan berbagai kewajiban
sebagaimana nanti akan kami utarakan.
Jika ada yang mengatakan, “Daripada
menunggu tahun baru diisi dengan hal yang
tidak bermanfaat, mending diisi dengan dzikir.
Yang penting kan niat kita baik.”
Maka cukup kami sanggah niat baik semacam
ini dengan perkataan Ibnu Mas’ud ketika dia
melihat orang-orang yang berdzikir, namun
tidak sesuai tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Orang yang melakukan dzikir yang
tidak ada tuntunannya ini mengatakan pada
Ibnu Mas’ud,
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﻣَﺎ ﺃَﺭَﺩْﻧَﺎ ﺇِﻻَّ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ .
“Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu
Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain
kebaikan.”
Ibnu Mas’ud lantas berkata,
ﻭَﻛَﻢْ ﻣِﻦْ ﻣُﺮِﻳﺪٍ ﻟِﻠْﺨَﻴْﺮِ ﻟَﻦْ ﻳُﺼِﻴﺒَﻪُ
“Betapa banyak orang yang menginginkan
kebaikan, namun mereka tidak
mendapatkannya.” [9]
Jadi dalam melakukan suatu amalan, niat baik
semata tidaklah cukup. Kita harus juga
mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima
di sisi Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar