Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta beragam, yang mencerminkan
keberagaman kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Solo, mulai dari
masjid terbesar dan paling sakral yang terletak di bagian barat kota
Surakarta, yaitu Masjid Agung Surakarta yang dibangun sekitar tahun 1727 atas prakarsa dari Paku Buwono X, Masjid Mangkunegaran, masjid tertua di Solo, Masjid Laweyan[27], Gereja St. Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St. Antonius Purbayan, hingga Tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po Kian, dan Sahasra Adhi Pura[28].
Selain dihuni oleh suku Jawa, ada banyak pula penduduk beretnis Tionghoa, dan Arab
yang tinggal di Surakarta. Walaupun tidak ada data pasti berapa jumlah
masing-masing kepercayaan maupun etnis penduduk dalam sensus terakhir
(2010), namun mereka banyak membaur di tengah-tengah warga Solo pada
umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan
Pasar Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar Kliwon[29]
Penempatan kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur sejak
jaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta
dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di
Pasar Kliwon diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya perkampungan
di Pasar Kliwon, selain disebabkan oleh adanya politik pemukiman di masa
kerajaan, juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah kolonial. Warto
dalam penelitiannya menyebutkan pada tahun 1984, jumlah keturunan Arab
adalah 1.877 jiwa, sementara jumlah warga Tionghoa adalah 103 jiwa.
Berdasarkan data monografi kelurahan Pasar Kliwon tahun 2005,
menyebutkan bahwa jumlah keturunan Arab adalah 1.775 jiwa, sedangkan
keturunan Tionghoa adalah 135 jiwa. Dari data tersebut dapat dilihat
adanya penurunan jumlah penduduk keturunan Arab di Pasar Kliwon. Hal ini
disebabkan karena lahan di kelurahan Pasar Kliwon semakin sempit
sehingga terjadi perpindahan di daerah lain. [30]
Sementara itu perkampungan Tionghoa banyak terfokus di wilayah
Balong, Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng Tien
Kok Sie[31]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar